Beranda | Artikel
Al-Qahir Billah
Jumat, 9 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Ali Musri Semjan Putra

Al-Qahir Billah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Faidah-Faidah Sejarah Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 21 Shafar 1442 H / 9 Oktober 2020 M.

Download juga kajian sebelumnya: Biografi Singkat Ibnu Khuzaimah

Kajian Tentang Al-Qahir Billah

Al-Qahir Billah adalah saudara dari Al-Muqtadir Billah, yang beliau berkuasa dari 320 sampai 322. Nama beliau adalah Abu Mansur Muhammad bin Mu’tadhid Billah bin Thalhah bin Al-Mutawakkil bin Mu’tashim bin Harun Ar-Rasyid. Jadi semuanya adalah keturunan dari bangsawan Bani Abbasiyah. Ibunya adalah Ummu Walad (budak perempuan dari ayahnya).

Ketika Al-Muqtadir telah wafat dalam sebuah musibah dari konspirasi yang dilakukan oleh para pejabat tinggi di sekitarnya Al-Muqtadir yang menyebabkan dia terbunuh. Akhirnya para tokoh terkemuka kerajaan saat itu memanggil Al-Qahir Billah ini dan anak dari Al-Muktafi Billah. Ketika itu ditawarkan siapa diantara mereka yang siap untuk menjadi khalifah menggantikan Al-Muqtadir Billah yang telah wafat.

Di sini ada satu akhlak yang sangat baik dari anak dari Al-Muktafi Billah. Kita juga tahu Al-Muktafi Billah dalam pemerintahannya cukup bagus dari segi keagamaannya dan juga dari segi perhatiannya terhadap rakyatnya. Walaupun tetap orang-orang yang memegang kekuasaan itu pasti punya kelemahan-kelemahan.

Ketika mereka meminta kepada Muhammad bin Al-Muktafi untuk menjadi khalifah. Terlihat didikan seorang ayah sehingga tawadhu dan tidak ambisi terhadap jabatan dan kekuasaan. Karena memang sebesar-besar musibah yang disebutkan oleh sebagian ulama adalah apabila seseorang ditanamkan dalam hatinya ambisi terhadap jabatan. Bahkan sebagian ulama menyebutkan itu adalah penyakit yang terakhir keluar dari seorang alim, Subhanallah.

Maka kita sebagai orang-orang berilmu perlu mewaspadai berbagai perkara-perkara yang akan membuat catatan buruk terhadap ilmu kita dan juga akan mengurangi keberkahan ilmu kita. Dan fitnah yang terberat bagi orang yang berilmu itu adalah mmbisi terhadap kedudukan atau kekuasaan.

Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang memberikan kekuasaan kepada orang yang ambisi untuk berkuasa. Karena ambisinya itu telah menunjukkan suatu kejahilan kepada dirinya, dimana dia ambisi terhadap sesuatu yang padahal itu adalah beban berat bagi dia, tanggung jawabnya berat di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan:

إنَّا لَا نُوَلِّي هَذَا الْأَمْرَ أَحَدًا سَأَلَهُ، وَلَا أَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ

“Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang memintanya dan berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari Muslim)

Kita melihat dimana pendukung penguasa yang ambisius melakukan hal-hal yang kadang-kadang di luar aturan, ini sangat berbahaya sekali. Maka sebetulnya pendidikan berkarakter yang memang disuarakan oleh penguasa mestinya ada pendidikan-pendidikan yang menyebabkan bagaimana seseorang tidak ambisi terhadap kekuasaan.

Kita melihat bahwa bangsa kita terpecah belah sampai terjadi kericuhan itu awal semuanya adalah ambisi terhadap kekuasaan. Banyak kemunafikan, saling tuduh, bohong, fitnah dan segalam macam yang tidak henti-hentinya menerpa kehidupan masyarakat. Dan kita lihat bahwa yang tampak oleh kita adalah ambisi terhadap kekuasaan.

Tentu dibalik ambisi  itu banyak sekali nanti penyakit-penyakit yang akan timbul. Disamping juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa orang-orang yang berkuasa atas meminta jabatan dan ambisinya, Allah akan biarkan dia mengurus sendiri kekuasaan tanpa diberikan taufik dan bantuan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini juga suatu musibah bagi orang yang ambisi itu.

Subhanallah, lihatlah adab anak Al-Muktafi ini, dia tahu bahwa pamannya masih ada, dia mengatakan:

لا حاجة لي في ذلك وعمي هذا أحق به

“Saya tidak butuh kepada hal itu, dan pamanku ini lebih berhak untuk menduduki jabatan itu.”

Jadi sebetulnya pendidikan karakter yang harus kita bentuk kepada anak didik kita adalah sportivitas, mengakui kelebihan orang lain. Dan ini juga yang banyak tidak terdapat dalam kehidupan kita. Tidak mengakui kelebihan dan pengalaman orang lain sehingga demi untuk mendapatkan kedudukan kita harus menggeser orang-orang yang bersaing dengan kita.

Jika memang kita diberi amanah dan kita melihat ada orang-orang yang lebih baik, semestinya mereka dirangkul dan diminta pengalaman-pengalamannya untuk dijadikan sebagai pendukung, bukan malah dijauhkan, digeser dan dikucilkan.

Karakter yang perlu kita bentuk untuk bangsa kita adalah bagaimana agar tidak ada sifat haus kekuasaan. Tentu yang ditanamkan adalah merasakan beratnya tanggung jawab itu. Kemudian juga sikap sportivitas, mengakui keunggulan orang lain. Baik secara ilmunya, umurnya, pengalamannya, itu harus kita akui. Jika orang lain yang lebih berpengalaman, mestinya kita juga dengan legowo dan senang hati menyerahkan tanggung jawab itu kepada dia karena dia memiliki pengalaman dan ilmu.

Hal-hal yang kecil ini perlu dipertimbangkan agar membawa efek yang besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Kalau kita lihat, di bangsa kita ini banyak sekali orang-orang yang hebat dan berpengalaman. Tetapi yang menduduki kekuasaan-kekuasaan justru orang-orang yang pendidikannya jauh di bawah, juga orang-orang yang memang dana. Mestinya orang-orang yang seperti ini tidak didukung. Kalau kita memang sama-sama ingin berjuang memperbaiki bangsa kita dengan baik, maka serahkan tanggung jawab itu kepada ahlinya.

Satu ungkapan yang sangat bagus diungkapkan oleh Muhammad bin Al-Muktafi: “Aku tidak butuh, serahkanlah kepada pamanku, dan dia lebih pantas.” Kalau begini masyarakat akan melihat dan orang lain juga akan senang. Bukan malah persaingan yang menyebabkan terpecah-belahnya sebuah bangsa.

Bagaimana dan apa faidah selanjutnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download MP3 Kajian

Untuk mp3 kajian  yang lain silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49188-al-qahir-billah/